Kitab Mazmur/Zabur dan Daud telah banyak disebut-sebut oleh Muhammad baik dalam Quran maupun terlebih dalam Hadist. Muhammad tampaknya amat familiar terhadap Daud dan kitabnya Zabur. Namun Mazmur adalah kitab puji-pujian puitis kepada sang ilahi, yang berbeda samasekali dengan Taurat. Apakah Muhammad (dan Muslim kebanyakan) sungguh paham tentang wahyu Zabur, tentang isi dan pesan Tuhan kepada Daud dan kaumnya Israel 2000-an tahun sebelum Muhammad? Tahukah mereka bahwa kitab Mazmur justru utamanya berisikan renungan, puji-pujian dan pengagungan kepada Tuhan? Tahukah Muslim bahwa Mazmur itu paling panjang diantara semua kitab-kitab dalam Alkitab?
Dalam banyak perbincangan dengan teman-teman Muslim tentang Zabur, kita harus berkata jujur bahwa raktis tak ada Muslim yang tahu apa isi Zabur sejatinya! Walau Zabur itu termasuk bagian dari wahyu Allah Islam, namun tampaknya tak ada Muslim yang mau ambil pusing tentang keberadaan dan isinya yang sesungguhnya sangat kaya itu. Yaitu dengan 150 pasal dan 2248 ayat, atau lebih dari 1/3 jumlah ayat-ayat dalam Quran! Sedikitnya, tahukah Muhammad dan Muslim apa pesan Kitab Mazmur yang paling esensial dan universal?
Zabur
Kata Zabur berasal dari bahasa Arab yang dapat disamakan dengan Zimra dalam bahasa Ibrani, dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai Psalm dalam Mazmur 81:2 dan 98:5. Kata ini diartikan sebagai lagu ataupun musik, sama seperti dalam Kitab Keluaran 15:2, “Tuhan adalah kekuatanku dan pujianku.”
Kata ini juga dapat disetarakan kata Zamir (lagu) dan mizmor (mazmur/ psalm) yang merupakan turunan dari kata “Zamar” yang berarti “menyanyi, menyanyikan lagu pujian dan membuat lagu.” (re: Thelogical Wordbook of the Old Testament).
Dalam 2 segi, Kitab Zabur itu mirip dengan Quran, yaitu bahwa ia bersifat puitik; dan bahwa ia tidak menceritakan kisah hidup diri penulisnya (yaitu Daud sendiri, sama seperti Quran yang tanpa kisah Muhammad). Diseluruh Quran, Muhammad hanya menyebut Zabur sebanyak tiga kali, yaitu dalam Surat 4:163, 17:55, 21:105, tanpa berbicara tentang isinya, kecuali sedikit dalam ayat terakhir:
4:163. “…Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
17:55. “Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
21:105. Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur[973] sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.
Catatan kaki: [973] Yang dimaksud dengan Zabur di sini ialah seluruh kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi-Nya. Sebahagian ahli tafsir mengartikan dengan kitab yang diturun-kan kepada Nabi Daud a.s. dengan demikian Adz Dzikr artinya adalah kitab Taurat.
Catatan tambahan: bagi Muslim yang belum tahu, sebagian ayat ini terambil dari Kitab Mazmur Daud 37:29, “Orang-orang benar akan mewarisi bumi selama-lamanya.”
Karena minim konten Zabur, Muslim justru banyak salah menduga-duga Zabur. Lihat, catatan kaki [973] dari ayat diatas saja sudah membuktikan simpang siurnya paham Muslim tentang Zabur. Muslim juga beranggapan seolah kitab Zabur itu berisikan kisah hidup Daud. Maka kisah Daud melawan Jalut (Goliat) atau apa-apa yang dilakukan Daud bersama anaknya Sulaiman, dianggap Muslim sebagai bagian dari Zabur. Bukan! Kisah-kisah semacam itu tidak terdapat dalam kitab Mazmur Daud, melainkan dikisahkan dalam Kitab Samuel atau dalam Kitab Raja-Raja, atau Tawarikh! Mazmur Daud –seperti yang dijabarkan kosa-katanya, adalah khusus berisi kumpulan puji-pujian, hymne dan ucapan syukur, doa-doa, ratapan dan petisi, pengakuan dan pengagungan Tuhan, dan ajaran, liturgi, ziarah dan meditasi dan nubuat profetis…
Quran mengklaim membenarkan semua kitab-kitab wahyu, termasuk Zabur Daud. Apakah artinya itu? Apakah itu berarti bahwa Quran membenarkan 2248 ayat Mazmur yang ada diwahyukan Tuhan kepada Daud? Kalau begitu, adakah Muhammad pernah mengutip satu ayat Zabur saja yang paling pokok, sebagai contoh dan dasar pembenarannya? Bukankah Yesus memang sudah memetik salah satu isi kitab Mazmur (dan juga Taurat) yang paling pokok demi membuktikan bahwa diriNya adalah benar sang Mesias? Yesus mempertanyakan secara terbuka kepada kaum Farisi yang terkenal sangat ahli kitab itu, sambil mengutip satu ayat Mazmur Daud. Ayat ini sekaligus menunjukkan keilahian diri-Nya yang duduk bertahta dan berkedaulatan bersama dengan TUHAN YAHWEH:
“Apakah pendapatmu tentang Mesias (Al-Masih)? Anak siapakah Dia?”
Kata mereka kepada-Nya: “Anak Daud.” Kata-Nya kepada mereka:
“Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh (pewahyuan)
dapat menyebut Dia (Mesias itu) Tuannya, ketika ia berkata:
Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: ‘duduklah di sebelah kanan-
Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu’.
Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?
Tidak ada seorangpun yang dapat menjawab-Nya, dan sejak hari itu tidak
ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya”.
(Mat.22:42-46, yang merujuk kepada Kitab Mazmur 110 ayat-1).
Itu adalah kata-kata yang sangat dalam yang mampu membungkam para Farisi yang sangat ahli kitab. Itulah Mesias (Al-Masih) yang telah dinubuatkan dan dikenal sebagai “Anak Daud” (Anak Manusia), namun dalam hakekatnya Ia pula adalah “Anak Elohim” (dilahirkan kedunia dalam Ruh dan KalimatNya) yang berkekuasaan diseluruh alam (QS.3:45).
Message profetik yang sedemikian tinggi terkoneksi diantara Daud dan Yesus tentang “Sonship” (keAnakan) ini, tidak dikenal dan tidak dapat dipahami baik oleh kaum Farisi, maupun oleh Muhammad yang ummi. Muhammad – seperti halnya dengan orang-orang Arab dizamannya– hanya bisa memahami konsep ‘ANAK’ yang muncul sebagai hasil hubungan sexual diantara suami-isteri:
“Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri” (QS 6:101).
Dalam bukunya “Islam from a Biblical Perspective”, Abd Al-Masih memperkuat sinyalemen bahwa apa yang diketahui Muhammad hanya sebatas scope dengar-dengaran yang penuh kekeliruan tentang apa yang disebutnya “Taurat”, “Zabur”, dan “Injil”.
“Muhammad adalah buta aksara (Qs.7:156)… Beliau tidak menguasai tulisan Arab sepenuhnya, apalagi Ibrani, Yunani atau Syria. Beliau tidak pernah mendapat akses langsung kepada sumber-sumber Alkitabiah manapun maupun terjemahan dari sumber yang terinspirasi, sehingga secara keseluruhan beliau tergantung kepada kabar-angin atau tradisi-tradisi lisan. Muhammad hanya dapat meneruskan apa yang terbatas didengarnya dari kisah orang-orang Yahudi dan Nasrani (dengan pelbagai sekte di Mekah masa itu)….”.
Seperti juga yang terlihat dalam catatan kaki ayat QS.21:105 diatas, Muhammad sendiri memang dibingungkan tentang apa ISI Taurat itu sebenarnya. Ia terkadang menganggap Taurat sebagai keseluruhan Kitab orang Israel/ Yahudi (lihat misalnya QS.3:93; 5:46), atau terkadang hanya berisi hukum Musa seperti yang tergores pada alwah atau luh luh batu! (lihat QS.7:145, dan catatan kakinya terjemahan Depag maupun Disbintalad). Muhammad terlebih-lebih tidak mampu memahami bagaimana posisi Zabur didalam Alkitab, di tengah-tengah keberadaan Taurat dan Injil.
MISTERI ZABUR DAUD DALAM MISTERI AL-QURAN
Segera timbul masalah yang membingungkan Muslim: APA ITU ZABUR?
Kita ulangi lagi Catatan Kaki [973] dari Depag untuk ayat 21:105:
[973] Yang dimaksud dengan Zabur di sini ialah seluruh kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi-Nya. Sebahagian ahli tafsir mengartikan dengan kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s. dengan demikian Adz Dzikr artinya adalah kitab Taurat.
Muhammad hanya “membenarkan” Zabur, tapi itu dilemparkan dalam ruang kosong. Apa yang dibenarkan tidak di spesifikasikan demi otentisitas dari pembenarannya . Apa keseluruhan 2248 ayat yang dibenarkan –atau paling sedikitnya– apa yang khususnya dibenarkan dalam Zabur untuk diimani Muslim? Syariat apa, hikmat, pesan dan ajaran apa persisnya? Dan ini berakhir dengan perbenturan dalam QS.3:184, antara istilah “lembaran Zabur yang nyata” dengan “Kitab penjelasan sempurna” (lihat catatan kaki Depag) yang semakin mengacaukan pengertian Zabur dengan Alkitab,
“Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur[256] dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna”[257].
[256]. Zabur ialah lembaran-lembaran yang berisi wahyu yang diberikan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. yang isinya mengandung hikmah-hikmah.
[257]. Yakni: kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi yang berisi hukum syari’at seperti Taurat, Injil dan Zabur.
Misteri berlanjut dengan keanehan luar biasa disini, bahwa tidak ditemukan sama sekali di dalam Al-Qur’an dimana Zabur disebutkan secara bersamaan dengan Taurat dan Injil! Ketiga kitab Israel ini tak pernah disebutkan dalam ayat atau surat yang sama! Untuk menemukan ketiganya disebutkan bersama anda harus mencarinya di Hadist. Tidakkah itu merisaukan, dilihat dari sudut kesatuan dan kesempurnaan Firman Allah?
Pertanyaan untuk setiap kita: kenapa Allah dari mulutNya tidak pernah menyebutkan ZABUR bersamaan/serangkaian dengan Taurat dan Injil? Melainkan hanya dari mulut Muhammad saja? Bukankah mulut Allah (lewat wahyu Quran) yang seharusnya menyaksikan kesatuan dari ketiga Kitab Suci orang Israel dalam satu rangkai? Kalau begitu, bagaimana posisi sebenarnya dari Kitab Zabur dalam Lauh Mahfudz disisi Allah (bukan disisi Muhammad)?
Soal posisi di Lauh Mahfudz, Quran menjawab misteri ini secara lebih misterius lagi!
“Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam)
Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh” (QS.21:105).
Perhatikan bahwa disini ada semacam urutan kronologi yang Allah tulis sendiri dalam Kitab-kitabNya: “telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh”. Padahal Lauh Mahfuzh adalah tempat alam-baka dimana Allah menempatkan semua FirmanNya yang qadim dari kekal kekekal, tanpa adanya titik awal dan titik urutan.Dengan perkataan lain, dalam dimensi kekekalan di Sorga – bukan dibumi– tak akan ada titik keberadaan Kitab yang satu mendahului yang lainnya.
APA ISI ZABUR ISLAM?
Dibandingkan dengan Kitab Mazmur Daud diabad ke-10 SM, ayat-ayat Zabur-Islam yang “diturunkan-ulang” kepada Muhammad diabad ke-7 menyodorkan total ketidak-serasian yang satu terhadap lainnya. Kita menyaksikan berikut ini sedikitnya 6 segi pokok dimana Zabur Islam telah mendongengkan wahyu Allah tanpa konteks, tanpa urutan, distortif, antagonis, dan tanpa tujuan keilahian.
Pertama, berisikan dongeng-dongeng
Kita kutibkan beberapa saja dongeng tentang burung-burung dan gunung-gunung yang bertasbih berulang-ulang bersama Daud. Allah melunakkan besi untuk Daud. Jin-jin bekerja dibawah Sulaiman. Daud dan anaknya (Sulaiman) saling rebut memutuskan perkara kambing yang merusak taman dll (Surat 34:10-12, dan 21: 79-80), sbb:
34:10. Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud“, dan Kami telah melunakkan besi untuknya,
(yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.
Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. 21:78. Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu,
79. maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat)[966]; dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya.
[966]. Menurut riwayat Ibnu Abbas terdapat keputusan Daud yang berbeda dg Sulaiman tentang hukuman bagi pemilik sekelompok kambing yang telah merusak tanaman orang di waktu malam.. Putusan Nabi Sulaiman a.s. ini adalah keputusan yang tepat.
Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).
Demikianlah Allah antara lain telah melunakkan besi bagi Daud dan Allah mengajarnya untuk membuat anyaman baju besi agar terjaga dalam peperangan.
Kedua, Allah memberi Daud karunia melunakkan besi untuk berperang?
Untuk menganyam baju besi, dan dipakai dalam medan perang? Justru terbalik! Bandingkan dengan kisah asli Daud yang berlaga dengan Goliat (Jalut) sengaja dengan menyingkirkan semua pakaian dan alat-alat besi (1Samuel ps.17). Baju besi, topi tembaga dan pedang yang ditawarkan raja Saul kepadanya itu justru ditolak oleh Daud karena badannya asing bagi benda-benda logam tersebut. (17:38, 39). Daud maju berperang tanpa baju perang melainkan hanya membawa tongkat, umban dan 5 batu!
Sambil maju, Daud berkata kepada musuhnya orang Filistin itu:
“Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam” (ayat 45).
Alangkah bisa terbaliknya wahyu Mazmur Daud menjadi Zabur Islam?
Ketiga, tidak ada puji-pujian tertinggi, lagu dan tarian,
Puji-pujian sebagaimana yang sejatinya, seaslinya Mazmur Daud maksudkan, itulah inti wahyu Tuhan kepada Daud, agar segala yang bernafas memuji YAHWEH:
“Angkatlah lagu, bunyikanlah rebana, kecapi yang merdu, diiringi gambus.
Tiuplah sangkakala pada bulan baru, pada bulan purnama, pada hari raya kita.
Sebab hal itu adalah suatu ketetapan bagi Israel, suatu hukum dari Allah Yakub”.
“Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi!
Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan
seruling! Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap
yang berdentang! Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!”
(Mazmur 81:3-5; 150:3-6)
Sebaliknya Zabur Islam ditampilkan tanpa tema dan manfaat, kecuali tanpa nyanyian puji-pujian, lagu, alat musik, tari-tarian, yang memang dilarang keras oleh Muhammad (HR Bukhari, Ibn Majah no.4020) dengan berkata:
“Sekelompok dari umatku benar-benar akan minum khamr, dan mereka akan menamakan khamr dengan nama lain. Diatas kepala mereka akan di mainkan alat-alat music dan penyanyi2 wanita. Allah akan membenamkan mereka kedalam bumi/tanah, dan menjadikan lainnya menjadi kera-kera dan babi-babi.”
Keempat, Kisah nabi Natan yang dikacaukan
Muhammad berhasil dengar-dengaran tentang kisah teguran Nabi Natan terhadap Daud. Sayang hasilnya sungguh kacau dan sekaligus memperlihatkan lagi betapa Quran itu jauh dari sebuah wahyu.
Kisah terambil dari peringatan keras Nabi Natan terhadap Daud, tatkala ia berzinah dengan Batsyeba (2Samuel ps.12). Disitu Natan memulai tegurannya dalam bentuk perumpamaan fiktif bahwa ada dua orang dalam suatu kota, yang satu sangat kaya, yang lain miskin. Orang kaya-raya ini memiliki banyak sekali kambing domba, dan lembu sapi, tetapi masih juga merakusi milik orang miskin yang hanya punya satu anak domba betina… Ini adalah gambaran yang ditujukan kepada raja kaya Daud yang masih juga merakusi seorang Batsyeba yang polos.
Tetapi rupa-rupanya Muhammad menganggap kisah ini sebagai wahyu sungguhan lalu dinarasikan dengan embel-embel yang kusut, sehingga wahyunya total kehilangan konteks, makna, dan tujuannya.
Wahyu Allah SWT berkisah tentang kedatangan dua tamu tak dikenal dengan memanjat pagar yang sempat mengejutkan Daud, lalu mereka meminta Daud untuk jangan takut, sebab mereka hanya ingin memohon Daud menyelesaikan persengketaan mereka. Wahyu tak jelas orangnya dan masalahnya, kenapa perlu langkah yang “menakutkan Daud”, dengan manjat pagar “istana Daud”, untuk mohon keputusan adil dari raja Daud? Tetapi bagaimana Daud bisa memberi keadilan hanya berdasarkan laporan tuduhan sepihak (dari 2 pemanjat pagar)? Yaitu bahwa ada satu orang kaya, pemilik 99 ekor kambing betina, tetapi masih merakusi satu-satunya kambing yang dipunyai orang lain (Sura 38:17 ff).
Daud telah dipotret dalam wahyu sebegitu naïf-nya dengan membenarkan laporan sepihak! WAHYUKAH? Atau hasil dengar-dengaran yang tak nyambung…?
Kelima, Yesus melaknati orang Israel
Tetapi yang paling tak terpuji adalah ketika Muhammad memproklamirkan duet Daud dengan Isa putera Maryam yang bersama-sama melaknati orang-orang kafir Israil, padahal itu justru adalah hal yang paling mustahil:
“Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam”. (Sura 5:78).
Entah darimana sumber Quran ini berasal. Namun sungguh tak ada teks Mazmur dan Injil, dan tak ada natur Yesus historis yang pernah melaknati musuhnya yang paling terjahat sekalipun! Yesus Kristus, tetap PERSISTENT memperlihatkan moralnya yang tertinggi kepada Yudas sipengkhianatNya serta para perancang dan penyalib dirinya. Moral tertinggi itulah yang mengharukan dunia selamanya.
Kepada yang satu Yesus berkata kepadanya:
“Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?” (Yoh22:48). “Hai teman, untuk itukah engkau dating” (Mat 26:50).
Dan kepada semua musuh lainnya dia berkata – dalam penderitaan terakhirnya diatas kayu salib:
“Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34).
Keenam, Akhirnya Puasa ala Daud diwahidkan Muhammad
Nama Daud akhirnya juga “diorbitkan” Muhammad dalam “Puasa -Daud” yang dinyatakannya sebagai puasa yang TERBAIK dari semua jenis puasa islamik yang ada. Ia berkata, “Tidak ada puasa diatas puasa Daud” (HR Bukhari).
Tetapi jikalau Muhammad terbukti (seperti diatas) tidak tahu apa bentuk dan isi kitab Zabur dan sosok Daud, maka dimanakah lagi otoritas Muhammad bisa berbicara tentang Daud?
Puasa-Daud versi Muhammad yaitu “selang-seling hari ini berpuasa, dan besok tidak berpuasa”! Ini segera menjadi lelucon tersendiri, karena puasa demikian hanyalah hasil imajinasi Muhammad sendiri, dan puasa ini tidak pernah exist dalam agama manapun.
Daud memang berpuasa luar biasa (selama 7 hari on-stop) karena menyesali habis-habisan dosa zinah dengan Batsyeba dan dosa membunuh Uria yang telah dia perbuat. Ia ditegur sangat sengit oleh nabi Natan (2Sam ps.12). Maka sekarang kita dapat membaca tangisan dan pengakuan dosanya yang terkenal dalam Mazmur Daud ps. 51, “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa”!
Sebaliknya puasa yang paling top justru tidak berani disebut Muhammad, karena ia tahu ia tak mampu berpuasa begitu, yaitu puasa
40 hari-40 malam penuh non-stop, seperti Musa dan Yesus! Puasa Al-Wisal 40 hari-40 malam!
Seharusnya, bilamana Islam dianggap merupakan kepanjangan pewahyuan Taurat dan Injil, maka Muhammad – yang dianggap nabi terbesar dan terakhir, juga perlu berpuasa sama seperti Musa dan Yesus (puasa Al-Wisal 40 hari-malam, Keluaran 34:28, Matius 4:2, Lukas 4:2). Apalagi Muhammad telah meng-umbar tentang kedekatannya dengan Musa dan Isa, sebagai sesama “kelompok nabi elite” yang kepadanya diturunkan Kitab-kitab Allah. Namun kenapa Muhammad justru tidak mampu menjalani puasa tingkat tinggi yang paling elite ini. Ia bahkan dipermalukan oleh ‘Abdullah b. Amr yang ternyata lebih mampu ketimbang nabinya,yang siap dan sanggup berpuasa terus-terusan tetapi dilarang oleh Muhammad! Bacalah Hadis Muslim no.2603 dll.
Yesus berkata: “dan kamu akan mengetahui kebenaran,
dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”
Salam dalam hikmat Tuhan yang terbarukan!
No comments:
Post a Comment